Vaksin Palsu: Membahayakan Nyawa Manusia Demi Keuntungan Pribadi

No comments

 

Berita tentang terbongkarnya produksi vaksin palsu di Tangerang Selatan sangat mengejutkan kita. Kasus ini sedang ditangani Bareskrim Polri dan beberapa tersangka telah ditangkap. Mengutip pemberitaan pelbagai media, vaksin palsu yang ditemukan di TKP adalah vaksin BCG untuk mencegah Tuberkulosis, vaksin Campak, vaksin Hepatitis B, vaksin Polio, dan vaksin Tetanus. Vaksin-vaksin ini merupakan jenis vaksin yang secara rutin diberikan kepada anak-anak. Para tersangka dijerat dengan UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan UU Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dengan ancaman pidana 15 tahun.

Kita semakin terkejut saat mengetahui ternyata vaksin palsu telah diproduksi sejak tahun 2003 dan setidaknya telah diedarkan ke 3 provinsi. Salah satu tersangka bahkan merupakan oknum tenaga kesehatan dan tersangka yang lain merupakan residivis dalam kasus yang sama pada tahun 2013. Kasus vaksin palsu ini memang bukan yang pertama kali terjadi di Indonesia. Syukurlah, kali ini Polri dan berbagai pihak terlihat mengusutnya dengan lebih serius. Semoga para tersangka mendapat hukuman yang berat di pengadilan nanti.

Praktik pembuatan vaksin (dan obat) palsu sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia. Hal ini juga terjadi di Eropa, Amerika, Afrika, dan negara-negara Asia lainnya, seperti Cina. Dampak kesehatan dan dan dampak ekonomi secara global cukup dahsyat. Untuk menguraikan mengapa sampai terjadi produksi vaksin palsu cukup kompleks. Namun salah satu motifnya adalah karena harga vaksin asli yang relatif mahal sehingga ada yang tergoda untuk membuatnya, kemudian dijual dengan harga miring.

Sebagai dokter sekaligus vaksinolog, saya sangat memahami kegelisahan masyarakat. Saya dapat merasakan kekhawatiran para orangtua terhadap kondisi anaknya. Ini semua sangat wajar. Saya mengutuk para tersangka atas perbuatan mereka yang keji, membahayakan nyawa manusia, demi keuntungan pribadi.

Apa dampak vaksin palsu bagi kesehatan? Setidaknya ada 2 Dampak keamanan dan dampak proteksi.

  1. Dampak keamanan
    Bergantung dari larutan yang dicampurkan oleh pembuat vaksin palsu. Saat ini, analisisnya masih dilakukan oleh Pusat Laboratorium Forensik Polri dan Badan POM. Yang jelas, pencampuran larutan vaksin palsu dilakukan dengan cara tidak steril. Risiko tercemar bakteri, virus, dan mikroorganisme lainnya tinggi. Dengan demikian, dampak keamanan yang mungkin terjadi adalah timbulnya infeksi. Infeksi dapat bersifat ringan, dapat pula berat (sistemik). Infeksi berat ditandai dengan demam tinggi, laju nadi meningkat, laju pernapasan meningkat, leukosit meningkat, anak tak mau makan/minum, sampai terjadi penurunan kesadaran. Bila benar terjadi, dampak ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama pascavaksinasi. Dalam 2 minggu pertama. Segera ke dokter bila gejala ini timbul. Dampak keamanan dalam jangka panjang belum diketahui, tergantung dari hasil analisis yang belum selesai.

  2. Dampak Proteksi.
    Vaksinasi bertujuan untuk mencetuskan kekebalan pada seseorang sebelum ia sakit. Misalnya, seorang anak mendapat vaksinasi Hepatitis B sebanyak 3 kali. Setelah terpenuhi, anak ini kebal bila kelak terpapar oleh virus Hepatitis B. Ia sudah kebal tanpa harus jatuh sakit. Sementara anak yang tidak divaksinasi, harus sakit dulu baru dapat memiliki kekebalan. Bila ternyata anak ini mendapatkan vaksin yang palsu, tentu kekebalan tadi tidak pernah ada. Tujuan vaksinasi tidak tercapai. Kalau ini terbukti, anak harus direvaksinasi.

Saya mengakui, memang tidak mudah untuk memastikan apakah seseorang telah mendapatkan vaksinasi palsu. Namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, agar semua Puskesmas/RS/klinik mengevaluasi kembali bagaimana proses pengadaan vaksin selama ini. Regulasi yang mengatur rantai distribusi vaksin, khususnya untuk RS pemerintah/Puskesmas, sudah jelas. Evaluasi apakah ada SOP yang dilanggar. Kedua, cek kembali stok vaksin yang dimiliki saat ini. Bagaimanapun, terdapat perbedaan tampilan fisik antara vaksin asli dan vaksin palsu. Lihat kualitas cetakan kemasannya. Amati labelnya. Perhatikan LOT numbernya. Cermati kondisi cairan vaksinnya. Bila ragu, tanyakan kepada yang lebih ahli. Kejadian ini merupakan momentum bagi semua tenaga kesehatan untuk lebih teliti dalam menyiapkan vaksin sebelum diberikan kepada pasien. Mari selalu menaati standar yang telah ditetapkan. Jangan pernah ada kompromi soal kualitas vaksin.

Pada akhirnya, saya mengimbau agar masyarakat/orangtua tidak panik. Lakukan vaksinasi di tempat-tempat terpercaya. Bila ada keraguan, tak perlu sungkan untuk mengomunikasikannya dengan dokter. Anda bahkan boleh melihat kemasan vaksin sebelum diberikan. Jangan sampai timbul pemikiran untuk sengaja tidak memvaksinasi anak kita karena kekhawatiran yang berlebih. Percayalah, hal itu justru sangat merugikan anak-anak kita. Dengan tidak memberikan vaksinasi yang menjadi haknya, mereka sangat rentan untuk mengalami berbagai penyakit infeksi yang dapat bersifat fatal, yang sesungguhnya dapat dicegah. Apakah vaksinasi untuk anak anda sudah lengkap?
Don’t worry, get vaccinated!

Penulis: dr. Dirga Sakti Rambe
Komentar...

No comments :

Post a Comment